PROFIL

PROFIL YP. SULTAN ISKANDAR MUDA






Sejarah Singkat Perguruan Sultan Iskandar Muda

        Duapuluh empat tahun lalu, seorang pemuda Tionghoa dari desa Sunggal, punya sebuah mimpi. Jika Martin Luther King di AS bermimpi suatu saat warga kulit hitam bisa punya hak-hak yang setara dengan warga kulit putih lainnya, mimpi pemuda Tionghoa itu suatu saat anak-anak miskin bisa bersekolah di sekolah yang bermutu!
"Tapi, mana mungkin itu Sofyan? Kamu sendiri orang miskin, sekolahmu pun dibangun pakai duit dari utang bank. Harus orang kaya yang bisa wujudkan mimpimu itu." Begitulah tanggapan yang kerap mendenging ditelinganya. Almarhum Raja Inal Siregar, Sarwono Kusumaatmaja, dan Letjen (Purn) TB Silalahi, termasuk diantara beberapa orang yang pesimis.
Sofyan si pemuda Tionghoa itu tidak lain adalah dr. Sofyan Tan, si pemilik mimpi itu. Walaupun banyak orang di sekitarnya merasa pesimis akan mimpinya itu, Sofyan muda itu tak patah semangat. Darah mudanya justru berdesir, dan emosinya meluap, tertantang untuk mewujudkan mimpi serta kesangsian orang-orang itu.
Secara bertahap, dimulailah pembangunan “proyek mimpi” itu. Yang pertama dilakukan Sofyan Tan adalah mendatangi sebuah kantor notaris di Medan. Sofyan membuat akte notaris pendirian Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM) pada 25 Agustus 1987. Setelah akta notaris kelar, ia mengontak beberapa teman dekatnya. Sejumlah toko bangunan dinegosiasi. termasuk tukang bangunan.
“Saya cari pinjaman dan utang material bangunan,”ungkapnya polos. Hampir setahun ia pontang-panting membangun gedung sekolah yang diimpikannya itu. Pada April 1988, sebanyak 11 lokal (kelas) untuk kegiatan belajar dan administratif sekolah selesai dibangun.
Lokasi sekolahnya terletak di atas pertapakan yang terselip di ujung sebuah gang. Namanya Gang Bakul, Desa Sunggal, Medan. Gedung Sekolah Sultan Iskandar Muda berdiri di atas tanah sawah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, luasnya kurang lebih 1.500 m2.
Tanah tersebut dibeli dari hasil penjualan perhiasan isteri hadiah pernikahan. Waktu dioperasikan 1988/1989, jumlah siswanya 171 orang, berasal dari sekitar desa Sunggal. Umumnya mereka siswa dari keluarga kurang mampu. Jumlah gurunya 15 orang. Fasilitas sekolah masih sangat terbatas. Perpustakaan tidak ada, apalagi Laboratorium.
Tapi Sofyan tak patah semangat. Memang tak sedikit “badai kehidupan” menerpanya. Sekolahnya sempat terbelit utang di sebuah bank swasta. Pada beberapa tahun pertama, Ia bahkan tak sanggup mencicil bunga, apalagi angsuran kreditnya. Maklum, biaya pendidikan yang berasal dari siswa, sering tak mencukupi untuk membayar gaji guru dan menutup biaya operasional sekolah. Gaji guru bahkan sering molor sampai dua minggu.
Banyak siswa yang macet pembayaran uang sekolahnya. Kondisi objektifnya beragam. Ada yang di tengah jalan orangtuanya mendadak sakit permanen, gagal dalam usaha, putus kerja dsb. Namun Sofyan tak mau mengeluarkan siswa yang orangtuanya mendadak miskin itu.

Jangan Tangisi Kemiskinan

                “Jangan sampai kemiskinan membuat anak jadi tak bersekolah,”tegasnya. Sofyan juga tak ingin ada siswa yang menangisi kemiskinan. Menurutnya, tidak ada badai kehidupan yang tak bisa ditaklukkan asalkan ada perjuangan untuk meretasnya!
Seorang pemimpi seperti dirinya, menurutnya juga diberkati Tuhan dengan kekayaan ide atau gagasan. Untuk menaklukkan badai, Sofyan mendatangi sejumlah pengusaha dan pejabat negara yang dikenalnya, mencari dukungan agar sekolahnya yang mengampu (menampung?) anak-anak miskin bisa bertahan. Ia juga membuat gerakan orangtua asuh untuk mengetuk dermawan agar memberi santunan biaya sekolah untuk siswa miskin di sekolahnya. Beberapa NGO Internasional yang sejalan dengan visi dan misi sekolahnya diajak kerjasama seperti Caritas Switzerland, Pan Eco Foundation dsb. Mereka memberikan bantuan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan fasilitas di YPSIM
Dua puluh empat tahun setelah sekolah ini pertama didirikan, tepatnya 25 Agustus 2011, mimpi Sofyan Tan sudah berhasil dilunasinya. Perguruan Sultan Iskandar Muda kini memiliki dua buah laboratorium komputer dengan perangkat komputer modern dan serba canggih. Ruang komputer dilengkapi fasilitas internet dan media audiovisual. Laboratorium Bahasanya memiliki 68 unit tape recorder dan headset untuk praktek bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin . Laboratorium IPA (fisika, biologi dan kimia) juga dilengkapi alat-alat praktek canggih. Peresmiannya bahkan dilakukanYohanes Surya, pakar Fisika Indonesia, sekaligus President Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Fasilitas lain adalah ruang musik lengkap dengan peralatan bandnya, kantin yang sejuk asri dilengkapi fasilitas WIFI untuk mengakses internet bagi siswa, perpustakaan dengan jumlah koleksi buku lebih dari 10.000 buku dan majalah, radio komunitas dan bus antar jemput siswa. Gedung sekolahnya juga tergolong jangkung, 4 lantai. YP SIM saat ini diperkuat 126 tenaga pengajar lulusan D3, S1 dan S2 dan pegawai, sedangkan jumlah siswanya berkisar 2.246 orang pada tahun (2010 atau 2011?) dimana 204 orang diantaranya adalah anak asuh yang bebas uang sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar